sudah sebulan lebih rasanya tidak kembali memperbarui tulisan pada blog ini. Kali ini saya ingin membawa cerita seru dalam berburu Mi Lethek...

sudah sebulan lebih rasanya tidak kembali memperbarui tulisan pada blog ini. Kali ini saya ingin membawa cerita seru dalam berburu Mi Lethek.

Apa itu mie lethek?

jadi kalau menurut wikipedia mie lethek tuh seperti ini:

Mi letheg atau Mi Lethek, adalah salah satu kuliner mie yang berasal dari Srandakan, BantulYogyakarta dengan menggunakan bahan dasar tepung tapioka dan singkong.[1][2] Proses produksi mie letheg masih dengan menggunakan cara yang tradisional.[1] Sebutan letheg ini muncul karena mi letheg memiliki warna yang keruh kecoklatan dan kurang menarik, tidak seperti mi pada umumnya.[3][4] Mi letheg tidak menggunakan pewarna zat kimia serta zat pengawet.[4] Meski tanpa zat pengawet, mi lethek kering bisa awet disimpan hingga lebih tiga bulan.[2]Sekilas, mie ini mirip seperti sohun. Nama "letheg" sendiri yang dalam bahasa Jawa berarti kotor atau tidak bersih. Itu karena warna mie letheg memang benar-benar kusam sehingga terlihat tidak membangkitkan selera makan.[5


nah kalau Gunung Kidul itu punya mie yang khas yakni Bakmi Jawa (sebenarnya ngak tahu juga sih ini khas sana atau bukan tapi ya di setiap sudut kota Jogja pasti kalian pernah nemuin Bakmi Jawa khas Gunung Kidul)

maka di daerah Imogiri Bantul, ada beberapa penjual mie godhog yang menggunakan mie lethek sebagai pengganti mie telur yang mainstream itu.

back to story, jadi pas sehari sesudah lebaran lagi main ke daerah Imogiri Jogja dan tiba-tiba saja pas melintasi pasar Imogiri jadi kepikiran pengen makan mie lethek, tapi sayangnya saat itu lagi tutup mungkin karena faktor libur lebaran.


okelah saat sudah h+5 sesudah lebaran saya memutuskan untuk berburu mie lethek lagi di daerah Imogiri, entah mengapa tidak seperti Bakmi Jawa khas Gunung Kidul yang terdapat dimana-mana, mie lethek ini justru sangat jarang sekali di jumpai, karena itulah jadi semakin penasaran kan dengan rasanya hmm.

pertamanya sih pengen ke warung mie lethek mbah mendes yang cukup terkenal itu, tetapi baru aku tau kalau sudah pindah ke jalan mangkubumi (selatan tugu jogja), sialnya saya mengetahuinya setelah sudah sampai di imogiri jadinya harus nyari alternatif lain, untungnya ada aplikasi gmaps akhirnya nyari mie lethek yang deket disekitar pasar Imogiri dan nemu warung ini (thank gmaps).

nama warung yang menyediakan mie letheg ini Mbah Bagong, awalnya agak ragu sih soalnya reviewnya sedikit dan tempatnya kayak kurang meyakinkan (emang dasar aku menilai dari luar aja haha), karena udah kepengen banget nget nget sama mie lethek akhirnya saya memutuskan makan disini.



warung ini terletak di kiri jalan ke arah makam raja-raja Imogiri, saat pertama kali datang kesini
saya tidak terlalu mementingkan rasa karena udah kepengen makan mie lethek lol. Saya mesen mie godog dengan es jeruk, di warung ini makanan disajikan cukup lama, karena saking lamanya menunggu  kami jadi berpikir bahwa makanan disini enak sebab makanan yang enak biasanya dimasaknya lama,

makanan pun datang dan benar saja  ternyata rasanya sangat sesuai dengan yang kami gunjingkan tadi (bahkan lebih sepertinya).

penampakan mie lethek


untuk tekstur mienya agak lembek atau yang orang lokal katakan nyemek, didalam mie terdapat beberapa potongan daging kambing, dan ayam. mienya pun di campur dengan telur ayam.

setelah selesai menikmati semangku mie lethek ini, saya pun bergegas untuk pulang sebab sudah ada beberapa orang yang menunggu (karena tidak kebagian tempat).

jadi kalau kalian memutuskan untuk makan disini sebisa mungkin selesesai makan langsung pulang ya, kalau ingin mengorol sebenarnya waktu untuk menunggu makanannya saya rasa cukup ya untuk ngobrol panjang lebar.

lesehan


oh iya balik ke mie lethek tadi, saya pikir akan habis banyak untuk makan disini soalnya tidak ada daftar harga di warung mie lethek mbah bagong ini, sepengalaman saya sih biasanya yang tidak tertera harganya itu mahal teryata bayangan saya salah (udah dua kali se udzon sama warung ini hahaha maafyapak) untuk 2 porsi mie lethek godok, es jeruk serta 1 bungkus kerupuk tempe dan rempeyek kacang hanya di patok dengan harga Rp. 40.000 iya benar guys Rp 40.000 saja.

karena terburu-buru saya tidak sempat menanyakan harga per porsi mie lethek tersebut berapa.

untuk rasa saya kasih rate 4/5
tempat 3/5

selain mie godog terdapat pula menu lain seperti:
mie godhog
mie goreng
nasi goreng
nasi godog

yang seluruh mienya menggunakan mie lethek, saya rasa bakalan balik lagi untuk makan disini :D

Photo by  rawpixel.com   from  Pexels Bioskop menurut KBBI berarti  gedung pertunjukkan film, sangat banyak film dari berbagai genre y...

Photo by rawpixel.com from Pexels


Bioskop menurut KBBI berarti  gedung pertunjukkan film, sangat banyak film dari berbagai genre yang di mainkan di bioskop.

ketika sedang suntuk dengan rutinitas kuliah dan kebetulan sedang ada film bagus yang sedang tayang, saya selalu menyempatkan diri untuk menonton entah berdua atau beramai-ramai (iya benar saya belum seberani itu nonton sendirian di Bioskop).

mulai dari film comedy, romance, horror, action dan sci-fi pernah saya tonton semua bahkan yang rated >+17 fyi yang rated ngak selalu tentang pornografi ya bisa jadi gore atau bunuh-bunuhan juga masuk dalam kategori ini.

yang ingin saya angkat dari tulisan saya kali ini adalah fenomena orang tua yang menonton bersama anaknya. Memang bagus ya nonton bareng keluarga terlebih nonton bareng orang tua sambil membawa anak selain dapat mendampingi anak dalam menonton kegiatan ini bisa jadi alternatif hangout bersama keluarga.

tapi yang jadi masalah terkadang para orang tua tidak memperhatikan rated dalam sebuah film, seolah-olah rated film dalam bioskop itu hanya sebagai formalitas, mengapa saya dapat berkata demikian?

sebab selama saya beberapa kali menonton di bioskop saya kerap menemukan anak dibawah 10 tahun menonton film rated +17

paling sering terjadi dalam pemutaran film super hero, perlu saya katakan tidak semua film super hero itu bisa di tonton oleh anak di bawah umur, dan super hero juga tidak identik dengan anak di bawah umur.

seperti saat saya menonton film ant man and the wasp di salah satu bioskop di jogja, di awal pemutaran film sudah muncul bahwa film ini rated +17 tapi tidak begitu saya hiraukan, barulah saat muncul scene ciuman yg menurut saya tidak biasa itu. saya menengok keseliling saya, dan menemukan ada beberapa anak kecil disitu.

lalu yang terakhir saat saya menonton film john wick 3, yang mana juga film tersebut rated. begitu banyak adegan gore dan kekerasan yang di perlihatkan, tetapi sangat aneh rasanya ketika saya melihat begitu banyak anak kecil disitu yang menonton bahkan ada yang membaya balita (wtf). 

saya rasa pihak bioskop juga perlu memberlakukan aturan jika belum sampai pada batas usia tertentu dilarang untuk menonton film tersebut. walaupun ada dampingan orang tua disitu saya rasa tidak cukup dan terlihat aneh rasanya melihat anak kecil menonton adegan yang seperti itu.

lalu jika dibiarkan seperti itu untuk apa bioskop dan pemerintah memberlakukan sensor film?
untuk para orang tua (walaupun saya belum menjadi orang tua) saya pikir mencari alternatif film lain bisa menjadi solusi.

mari kita awasi bersama tontonan film anak-anak kita.